PropellerAds
Showing posts with label PENGERTIAN. Show all posts
Showing posts with label PENGERTIAN. Show all posts

Monday, December 26, 2016

, , , , ,

JENIS-JENIS TASYBIH

JENIS-JENIS TASYBIH 

http://ilmu-balaghah.blogspot.co.id/

JENIS-JENIS TASYBIH 

Pembagian tasybih bisa dilihat dari berbagai sisi, seperti adat, wajh, bentuk wajh, dan urutannya.

1.      Dilihat dari segi ada atau tidak adanya adat tasybih

a)      Tasybih Mursal

Tasybih Mursal adalah tasybih yang adat tasybihnya disebutkan, seperti contoh:

أنا كالماء إن رضيت صفاء  #  و إذا ما سخطت كنت لهيبا

Artinya :

bila aku rela, aku setenang air yang jelas dan bila aku marah, aku sepanas api menyala.”

سرنا في ليل بهيم كأنه    #   البحر ظلاما و إرهابا

Artinya:
Aku berjalan pada suatu malam yang gelap dan menakutkan bagaikan berjalan di tengah laut.”

 
Pada kedua syi’ir di atas terdapat ungkapan tasybih, yaitu أنا كالماء dan كأنه البحر. Pada kedua tasybih tersebut adat-nya disebutkan, yaitu "ك"  pada tasybih pertama dan "كأنه"  pada tasybih kedua.

b)      Tasybih Muakkad

Tasybih Muakkad adalah salah satu bentuk tasybih yang dibuang adat tasybihnya, seperti contoh:

أين ازمعت أيها الهمام؟   #   نحن نبت الربا و أنت الغمام

Artinya:
Kemanakah tuan hendak menuju, wahai raja yang pemurah? Kami adalah tumbuh-tumbuhan pegunungan dan tuan adalah mendung.”

أنت نجم في رفعة و ضياء  #  تجتليك العيون شرقا و غربا

Artinya:
engkau adalah bintang yang tinggi dan terang, dapat dilihat dari timur dan barat.”

Pada kedua syi’ir di atas terdapat ungkapan tasybih, yaitu pada ungkapan "أنت نبت الربا و أنت الغمام"  dan "أنت نجم في رفعة و ضياء"

Pada kedua ungkapan tasybih tersebut tidak ada adat tasybih-nya, sehingga dinamakan tasybih muakkad.

2.      Dilihat dari segi ada atau tidak adanya wajh syibh

Dilihat dari aspek wajh syibh-nya tasybih dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

a.      Tasybih mufashshal

Tasybih mufashshal adalah tasybih yang disebut wajh syibh-nya, seperti contoh:

كالسيف في اخدامه و الغيث في  #  ارهامه و الليث في اقدامه

Artinya:

“Tajamnya laksana pedang, lebatnya laksana hujan, beraninya laksana singa.”
Pada ungkapan di atas terdapat tiga uslub tasybih. 

Pada ketiga ungkapan tasybih tersebut wajh-syibh-nya disebut yaitu berupa kata "في اخدامه"، "في ارهامه"، dan "في اقدامه" .  Dengan demikian berdasarkan kaidah ilmu balaghah, maka tasybih tersebut dinamakan tasybih mufashshal.

b.      Tasybih Mujmal

Tasybih mujmal adalah tasybih yang dibuang wajh syibh-nya, seperti contoh berikut:

فكأن لذة صوته و دبيبها  #  سنة تمشي في مفاصل نعس

Artinya:

“ Kemerduan suaranya yang mengalun itu sungguh bagaikan kantuk yang merayap ke seluruh persendian orang yang mengantuk.”

و كأن الشمس المنيرة دينار # جلته حدائد الضراب

Artinya:
“ matahari yang bersinar itu sungguh bagaikan dinar (uang logam) yang tampak kuning cemerlang berkat tempaan besi cetakannya.”

Pada kedua contoh di atas terdapat aspek penyerupaan, sehingga ungkapan tersebut dinamakan tasybih. Jika kita telaah kita akan mendapatkan bahwa pada ungkapan tasybih tersebut tidak terdapat wjh syibh, sehingga ia termasuk kategori tasybih mujmal.

3.      Dilihat dari segi ada atau tidak adanya adat dan wajh syibh

a.      Tasybih Baligh

Tasybih baligh adalah tasybih yang dibuang adat tasybihnya dan wjh syibh-nya, seperti contoh:

أنت شمس أنت بدر أنت نور فوق نور

Artinya:
“ Engkau matahari, engkau bulan purnama, engkau cahaya di atas cahaya.”

b.      Tasybih ghair-baligh
Tasybih ghair-baligh adalah tasybih yang merupakan kebalikan dari tasybih baligh.

4.      Dilihat dari bentuk wajh syibh

a.      Tasybih tamtsil

Tasybih tamtsil adalah tasybih yang keadaan wajh syibh-nya terdiri dari gambaran yang dirangkai dari gambaran yang dirangkai dari keadaan beberapa hal. Contoh tasybih tamtsil bisa kita lihat pada syi’ir Abu Firas al-Hamdany:

و الماء يفصل بين روض  #  زهر في الشطين فصلا
كبساط و شيئ جردت  #  أيدى القيون عليه نصلا

Artinya:

“ sungai yang memisahkan taman bunga itu pada kedua pinggirnya, bagaikan baju sulaman yang dihamparkan, sedangkan di atasnya tergeletak sebilah pedang yang telah terhunus dari sarungnya.”

Pada syi’ir di atas, Abu Firas menyerupakan keadaan air sungai, yakni air yang membelah taman menjadi dua bagian di kedua pinggirnya, yang dihiasi oleh bunga-bunga berwarna-warni yang tersebar di antara tumbuh-tumbuhan hijau segar, diserupakan dengan pedang berkilau yang dihunus oleh pembuat senjata, lalu diletakkan di atas kain sutera yang bersulamkan aneka warna. Dari paparan di atas, kita melihat bahwa Abu Firas ingin menyerupakan suatu kejadian yang ia lihat dengan keadaan lain yang ia bayangkan. Maka wajh syibh-nya adalah gambaran secara menyeluruh.

b.      Tasybih ghair Tamtsil

Tasybih ghair tamtsil adalah tasybih yang wjh syibh-nya tidak terdiri dari rangkaian gambaran beberapa hal. Wajh syibh pada tasybih ghair tamtsil terdiri dari satu hal atau mufrad. Tasybih gahir tamtsil merupakan kebalikan dari tasybih tamtsil.

5.      Tasybih yang keluar dari kebiasaan

Selain jenis-jenis seperti yang telah disebutkan terdahulu, ada pula jenis tasybih yang keluar dari dasar awal penyusunan ungkapan tasybih. Tasybih jenis ini ada dua, yaitu tasybih dhimni dan tasybih maqlub.

a.      Tasybih maqlub

Tasybih maqlub adalah suatu jenis tasybih yang posisi musyabbahnya dijadikan musyabbah bih, sehingga yang seharusnya musyabbah dijadikan musyabbah bih, dan yang seharusnya musyabbah bih menjadi musyabbah dengan anggapan wajh al-syibh pada musyabbah lebih kuat, contoh:

و بدا الصباح كأن غرته    #   و جه الخليفة حين يمتدح




----------------
Sumber : http://fathin-anifatin.blogspot.co.id/


Sunday, December 27, 2015

, , , ,

APA ITU BALAGHAH?

APA ITU BALAGHAH?

APA ITU BALAGHAH?



Shifat kalam yang baligh
1.       Tanaasuq al-ashwaat (kesesuaian bunyi) : a) derajat terendahnya ialah ketiadaan tanaafur huruf, b) derajat tertingginya ialah kesesuaian antara bunyi dan makna.
2.      Tarkib lughawi yang sesuai : a) shahih (bebas dari khatha’ dan syadzdz), b) merepresentasikan makna secara efektif.
3.      Mengandung unsur-unsur imajinatif yang berkesan.

Unsur-unsur kalam :
1.       Madhmun = makna
2.      Syakl = lafazh
Hubungan diantara keduanya ibarat jasad dengan ruh.

Definisi Ilmu Balaghah
Ilmu Balaghah ialah ilmu untuk menerapkan (mengimplementasikan) makna dalam lafazh-lafazh yang sesuai (muthabaaqah al-kalaam bi muqtadhaa al-haal).

Tujuan ilmu balaghah : mencapai efektifitas dalam komunikasi antara mutakallim dan mukhathab.

Jenis-jenis Ilmu Balaghah :
·         Ilmu Ma’ani : ilmu yang mempelajari susunan bahasa dari sisi penunjukan maknanya, ilmu yang mengajarkan cara menyusun kalimat agar sesuai dengan muqtadhaa al-haal.
·         Ilmu Bayan : ilmu yang mempelajari cara-cara penggambaran imajinatif. Secara umum bentuk penggambaran imajinatif itu ada dua. Pertama, penggambaran imajinatif dengan menghubungkan dua hal. Kedua, penggambaran imajinatif dengan cara membuat metafora yang bisa diindera.
·         Ilmu Badii’ : ilmu yang mempelajari karakter lafazh dari sisi kesesuaian bunyi atau kesesuaian makna. Kesesuaian tersebut bisa dalam bentuk keselarasan ataupun kontradiksi.

Fashahah
Berarti implementasi makna melalui lafazh-lafazh yang jelas.
Fashahah meliputi : 1) Kemudahan pelafalan. 2) Kejelasan makna (tidak gharib). 3) Ketepatan sharaf. 4) Ketepatan nahwu.
Setiap kalimat yang baliigh mesti fashiih, namun tidaklah kalimat yang fashiih itu selalu baliigh.


ILMU BAYAN

Tasybih : uslub yang menunjukkan perserikatan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam sifatnya.

Rukun-rukun atau unsur-unsurnya ialah :
1) Musyabbah : obyek yang ingin disifati
2) Musyabbah bihi : sesuatu yang dijadikan sebagai model untuk perbandingan
3) Wajh al-syibh : sifat yang terdapat dalam perbandingan
4) Aadaat al-tasybih : kata yang dipakai untuk menunjukkan adanya tasybih. Bisa berupa huruf (kaaf, ka-anna), fi’il (hasiba, zhanna, khaala, dsb), atau isim (matsal, syibh, syabiih,dsb).

Tasybih Baliigh : tasybih yang unsur-unsurnya tinggal dua saja yaitu musyabbah dan musyabbah bih.

Tasybih Tamtsili (Tasybih al-Tamtsil, Matsal) : jenis tasybih yang wajh al-syibh nya murakkab dari beberapa sifat, dan biasanya aqli.

Tasybih Dhamni : tasybih yang dipahami dari siyaq (konteks) kalimat, dan biasanya dilakukan dengan dua jumlah atau lebih sebagai ganti dari satu jumlah.

Tasybih Maqlub (Tasybih Yang Dibalik)
Asalnya, sifat yang ada pada musyabbah bih mesti lebih kuat daripada sifat pada musyabbah. Namun dalam tasybih maqlub, kondisi tersebut dibalik yakni sifat yang ada pada musyabbah lebih kuat daripada yang ada pada musyabbah bih. Pembalikan ini dilakukan untuk tujuan mubalaghah, yakni untuk menunjukkan bahwa sifat yang ada pada musyabbah sudah sangat kuat dan agar perhatian memang tertuju pada musyabbah.

Tujuan-tujuan Tasybih :
Secara umum tujuan tasybih ialah untuk menjadikan suatu sifat lebih mudah diindera. Adapun secara terperinci tujuan-tujuan tasybih ialah :
1) Bayaan miqdaar al-shifat (menjelaskan kualitas sifat)
2) Taqriir al-shifat (meneguhkan sifat)
3) Tahsiin al-musyabbah (memperindah musyabbah)
4) Taqbiih al-musyabbah (memperburuk musyabbah)
5) Tashwiir al-musyabbah bi shuurah al-thariifah
6) Itsbaat qadhiyyah al-musyabbah

Majaz : Penggunaan suatu kata dengan makna yang lain daripada maknanya yang lazim. Kebalikan dari majaz ialah haqiqah.
Majaz ada dua macam :
1) Majaz Mursal : majaz yang tidak dibangun diatas tasybih
2) Isti’arah : majaz yang dibangun diatas tasybih, atau penggunaan kata tidak dalam makna haqiqinya karena adanya hubungan keserupaan (syibh) antara makna yang dipakai tersebut dan makna haqiqinya.

Isti’arah Tashrihiyah : mengemukakan maksud musyabbah dengan menggunakan lafazh musyabbah bih, dan setiap orang mesti akan memahami bahwa maksud yang sebenarnya ialah musyabbah berdasarkan konteks kalimatnya. Dalam hal ini sang penutur menggunakan musyabbah bih dengan menghilangkan musyabbahnya. Konteks kalimat harus benar-benar menunjukkan bahwa musyabbah bih tidaklah digunakan dalam makna hakikinya, tetapi sebaliknya yakni mengandung makna musyabbah. Indikasi yang demikian ini disebut sebagai qarinah al-isti’arah.

Isti’arah Makniyah : Dalam isti’arah ini, musyabbah bih tidak muncul dengan jelas akan tetapi sedikit samar. Lafazh yang menunjukkan isti’arah dengan demikian bukanlah lafazh musyabbah bih melainkan lafazh-lafazh yang mengiringinya atau lafazh-lafazh yang menunjukkan sifat-sifatnya. Lafazh-lafazh ini dinisbatkan kepada musyabbah bih. Jadi, tasybih yang ditimbulkan bersifat mudhmar didalam pikiran.
Apabila suatu isti’arah makniyah menyerupakan sesuatu dengan manusia maka ia disebut tasykhish (personifikasi).

Kinayah : penunjukan terhadap suatu makna yang dimaksud dengan secara tidak langsung, dimana lafazh yang dipakai tidak sampai keluar dari makna haqiqinya ke makna majazinya.
Macam-macam kinayah :
1) Kinayah dari shifat
2) Kinayah dari dzat
3) Kinayah dari nisbah

ILMU MA’ANI

Asas dari jumlah ialah isnad. Jumlah terbagi dua : jumlah khabariyah dan jumlah insya-iyah.

Khabar dan Insya’
Jenis-jenis insya’ yang terpenting : amr, nahy, istifham, dan tamanniy

Tujuan-tujuan Khabar
1) Tujuan asal dan yang lazim ialah untuk memberitahu kepada mukhathab sesuatu yang belum ia ketahui.
2) Tujuan lainnya ialah ta’tsir nafsi (memberikan kesan kejiwaan) yang meliputi : ‘izhah (nasihat), sikhriyah(olok-olok), istihtsaats (membangkitkan semangat), dan madh (pujian).

Bentuk-bentuk Khabar
1) Uslub (dharb) ibtida-iy : tanpa adat ta’kid, digunakan apabila mukhathab dalam keadaan khaliy al-dzihni.
2) Uslub (dharb) thalabiy : menggunakan satu ta’kid, digunakan apabila mukhathab ragu-ragu sehingga membutuhkan penegasan.
3) Uslub (dharb) inkariy : menggunakan dua ta’kid atau lebih, digunakan jika mukhathab mungkir terhadap khabar.

Amar dan Nahy
Shighat-shighat amar : 1) F’il amar. 2) Fi’il mudhari’ yang didahului oleh laam amr. 3) Mashdar sebagai pengganti fi’il amar
Makna amar : talab al-fi’il dari otoritas yang lebih tinggi kepada otoritas yang lebih rendah.
Makna nahy : talab tark al-fi’il dari otoritas yang lebih tinggi kepada otoritas yang lebih rendah.
Namun terkadang amar dan nahy mempunyai makna lain: 1) Doa. 2) Tahqiir. 3) Tahdiid. 4) Nasihat. 5) Sikhriyyah (olok-olok)

Istifham : Adat-adatnya
1) Dua huruf : hamzah dan hal. Perbedaan antara hamzah dan hal : a) Hamzah bisa digunakan untuk menuntut penentuan pilihan. Dalam hal ini hamzah disertai dengan huruf “am” (atau). b) Pertanyaan dengan hamzah cocok jika digunakan menghadapi orang yang ragu-ragu atau mendustakan.
2) Sembilan isim : 1.Maa : menuntut definisi hakikat yang ditanyakan. 2.Man : menuntut penentuan yang ditanyakan berupa isim atau shifat yang berakal. 3.Ayyu : menuntut penentuan salah satu dari hal-hal yang di-idhafah-kan kepadanya. 4.Kam : menanyakan jumlah. 5.Kaifa : menanyakan hal (keadaan). 6.Aina : menanyakan tempat. 7.Annaa : terkadang bermakna “darimana (min aina)” dan terkadang bermakna “bagaimana (kaifa)”. 8.Mataa : menanyakan waktu. 9.Ayyaana : menanyakan waktu

Istifham : Makna-makna Yang Ditimbulkannya
Terkadang istifham bisa menimbulkan makna yang bukan makna asli istifham. Makna-makna tersebut ialah:
1) Ta’ajjub
2) Taubikh
3) Istihzaa’
4) Wa’iid
4) Tamanniy
5) Taqriir
6) Istibthaa’
7) Istihtsaats
8) Tahwiil

Tamanniy
1) Laita
2) Hal
3) La’alla
4) Lau laa
5) Lau maa


ILMU BADII’

Thibaaq wa Muqaabalah
Thibaaq : menggabungkan dua hal yang saling bertentangan dalam sebuah kalam.
Muqabalah : jenis thibaq dimana terdapat dua makna atau lebih yang diikuti (disusul) dengan lawannya secara urut.

Sajak : kesesuaian pada akhir dari hentian-hentian (waqaf) pada natsr. Dalam syi’r, yang demikian ini disebut dengan qafiyah.
Sebagian ulama tidak sepakat apabila dikatakan bahwa kebanyakan ayat Al-Qur’an merupakan sajak-sajak. Dalam hal ini mereka lebih suka menyebutnya sebagai faashilah (jamak : fawaashil). Mereka mengemukakan dua alasan :
1) Sajak itu mesti berulang-ulang sebagaimana qafiyah dalam syi’r. Sementara, apa yang terdapat dalam Al-Qur’an tidaklah seluruhnya demikian.
2) Sajak itu dibuat dengan mengalahkan makna dalam rangka kesesuaian bunyi atau lafazh. Sementara, Al-Qur’an sangat memelihara makna atau menjadikan makna sebagai hal ang terpenting diatas yang lainnya.

Jinas : keserupaan lafazh antara dua kata atau lebih tanpa disertai keserupaan makna.
Jinas ada dua : taamm dan naaqish

Tauriyah : penggunaan dua kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Sumber tulisan : http://www.facebook.com/note.php?note_id=212683785963